Rabu, 21 September 2016

Tergantung Obat Penenang

                      Foto by @aMrazing
Teman baik saya bercerita tentang 3 saudaranya yang perlu setiap hari minum obat penenang. Teman saya si L bertahun-tahun menelan obat penenang. Seorang selebtweet yang saya follow cerita bahwa beliau depresi dan sekian tahun perlu minum obat anti depresi. Begitulah, ternyata penyakit kejiwaan banyak menimpa kita, ketakutan, bipolar, depresi, trauma, panic attack dan lain-lain.

Rata-rata kita sakit jiwa, hanya kadarnya yang beda. Bila keadaan "tampak parah" barulah ditempatkan di Rumah Sakit Jiwa.

Seorang kerabat bermimpi untuk kaya mendadak. Bertahun-tahun dia bergaul dengan kelompok yang menipu dan menguras duitnya. Bertahun-tahun istrinya berdoa agar suaminya sadar. Hingga satu saat, istrinya menyerah dan memilih berpisah dengan suami yang khayalannya bertambah parah.

Bertahun-tahun si istri menerima nafkah apa adanya. Suami memberikan istri nafkah sebagian kecil dari penghasilannya. Sebagian besar diberikan untuk si penipu yang menjanjikan hidup kaya raya. Makin lama si penipu tidak puas dengan penghasilan si suami ini. Dia menuntut si suami untuk berhutang sana-sini, meminta suami menjual rumahnya untuk menggolkan cita-cita si suami, kaya raya (padahal bohong).

Istri akhirnya tidak tahan. Bertahun-tahun dia menerima hidup sangat sederhana, sekarang ditambah dengan hutang dimana-mana, yang sudah tak dapat ditanggung olehnya. Istri merasa sudah tidak ada rasa aman dalam hidup yang penuh dengan hutang piutang.

Suami yang saat itu masih bekerja, dengan pongahnya menerima permintaan cerai istri. Dia tidak mau meluangkan waktu sejenak untuk merenungkan mengapa istri minta cerai. Dia dibutakan oleh nafsunya untuk kaya raya sehingga tidak peduli dengan keadaan istrinya. Dia tidak mau paham bahwa istrinya membutuhkan rasa aman, tidak terus menerus dikejar penagih hutang.
Anehnya, si suami bercerita pada mertuanya bahwa istrinya minta cerai karena suami tidak berduit.
Memang pada saat bercerita, si suami tidak berduit karena dipecat dari kantor. Si penipu begitu bernafsu untuk mengendalikan si suami, dan si suami semakin tunduk pada keinginan penipu.  Si suami sudah tidak memikirkan apapun kecuali berhutang kesana kemari demi menyetor duit pada penipu, boss modal kancut, demi kekayaan luar biasa yang ada dalam dunia khayal itu. Pekerjaan si suami menjadi kacau balau sehingga dia dipecat dari kantor.

Si suami mempunyai nalar kacau dan suka memutar-balikkan fakta. Begitulah klo punya penyakit gila hormat dan gila harta. Tampaknya baik-baik saja namun ternyata sakit jiwa parah.

Orang lain bisa sakit jiwa, saya juga bisa sakit jiwa. Kebanyakan orang sakit jiwa justru tidak dirawat di RSJ. Coba lihat di Sosial Media. Luar biasa baca postingan orang-orang yang cacat nalar. Beberapa alumni perguruan tinggi ternama dengan seenaknya mengatakan seseorang korupsi padahal bukti-buktinya palsu. Mereka yakin apa yang mereka tuliskan adalah suatu kebenaran padahal itu fitnah yang keji. Ketika diingatkan untuk tidak seenaknya melontarkan fitnah, mereka balik menuduh kami bayaran si korban fitnah.

Semoga kita tetap terjaga dalam kewarasan. Ikat pikiran kita dalam keadaan "Saat Ini". Pikiran yang berkelana di masa lampau akan penuh dengan penyesalan, kemarahan dan trauma. Pikiran yang berkelana ke masa depan akan penuh dengan kekuatiran.

Ikat pikiran dengan kesadaran pada napas dan zikir.

Semoga kita dan semua makhluk berbahagia. Amiin... Amiin

Selasa, 21 Juni 2016

Mengolah Tanah Memanen Emas


Saya teringat tulisan Cak Nun " Mengubah Tanah Menjadi Emas". Apa pun kondisi kita, kesusahan kita, bisa diubah menjadi emas.

Mengapa saya tidak secerdas Aulia, teman saya yang sekarang menjadi Profesor ?
Mengapa saya tidak seperti Leli, yang disayang suaminya yang Boss ?
Mengapa ortu saya tidak seperti ortu si A, si B, si C, yang bijaksana pada anak ?
Mengapa si E yang jadi saudara saya? Mengapa bukan si F yang asyik dan penyayang itu ?
Mengapa saya lahir dalam kondisi kurang bugar, gampang migren, yang membuat saya sakit tak berdaya ?
Mengapa jalan saya untuk bekerja tidak semulus orang di sekitar saya?
Mengapa saya begitu ignorance, begitu goblok ?

Saya pantas mendapatkan semua kemalangan ini. Namanya karma, takdir, jalan hidup.

Bagaimana bisa hidup dengan kemalangan-kemalangan ini ?

Ubahlah tanah menjadi emas.

Amy Tan dalam novel biografinya "The Opposite of Fate" menceritakan bagaimana hidup dengan seorang Ibu yang terus menerus depresi dan selalu ingin bunuh diri. "Mungkin bila Ibunya seorang yang melihat hidup dengan kacamata ceria, Amy bisa menjadi dokter atau pianis terkenal, "tulis Amy.

Hidup dengan Ibu depresi membuat Amy menjadi penulis hebat.

Amy sering pindah rumah, pindah kota setiap 6 bulan atau 1 tahun berkat Ibunya yang selalu ingin pindah rumah. Menyesuaikan diri di sekolah baru membuat Amy piawai dalam mengamati lingkungan, modal para penulis. Amy harus piawai mengamati teman-teman di sekolah baru agar bisa menyesuaikan diri dan menghindari bullying.

Pearl S. Buck hidup menderita dengan suami yang tidak peduli dan suka melecehkannya. Pearl memiliki anak tunggal yang terbelakang. Hal ini sangat menyusahkan hati Pearl. Pearl menumpahkan perasaan, kesedihan dan harapannya dengan menulis. Menulis menjaga dia tetap waras dan bahagia. Dan menulis akhirnya membuat dia memperoleh Nobel Sastra dan penghasilan yang sangat bagus.

Saya follower Gayatri WM di Facebook. Gayatri menulis untuk menolong dirinya melihat kemungkinan-kemungkinan yang bisa diambil dalam menghadapi masalah hidup. Tidak mudah menjadi seorang Gayatri, wanita muda yang harus hidup dengan Lupus. Gayatri yang kehilangan kecantikannya (menurut Gayatri), kehilangan kesehatan dan kekuatan tubuh, pekerjaan tetap, perkawinan, anak-anak, tidak bisa lagi meraih banyak hal yang bisa dicapai bila beliau bertubuh sehat bugar. Kegalauan Gayatri membuahkan satu novel "Tarian Kabut", juga banyak tulisan di blog dan Facebook. Tanah bisa menjadi emas. Kesakitan dan penderitaan membuat orang lebih perasa, modal untuk menulis, modal untuk berkarya.

Mari mengubah tanah dan mendulang emas.
Be in now. Hidup saat ini, berhenti menyesali masa lalu, tidak mengkuatirkan masa depan. Perhatikan napas. Hidup pada saat ini menghindarkan kita dari sakit ingatan dan Rumah Sakit Jiwa.
Be grateful.
Alhamdulillah. Saya bisa menulis di blog ini karena saya ada hp android, saya bisa beli banyak buku, saya bisa berpikir jernih, cukup sandang pangan papan buku dan kuota internet. Saya bisa meditasi, bisa yoga, baca dan mendengar wejangan Pak Anand Krishna tentang hidup dan kehidupan.
Alhandulillah. Hingga saat ini saya masih hidup, dikaruniai rezeki berupa banyak hal seperti buku, order, knowledge n skill, Guru, saudara, teman dll.

Terimakasih. Terimakasih ๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™

Senin, 20 Juni 2016

Langkah Kecil yang Sangat Berarti


Setiap berjalan kaki dari Bekasi Square Revo Mall menuju rumah, saya selalu prihatin. Prihatin melihat drainage yang tidak memadai dan tidak terurus. Prihatin melihat anak-anak kecil main di jalan. Prihatin melihat anak-anak kecil petantang-petenteng ngebut naik motor.

Setiap melihat anak-anak nongkrong di warnet, sedih rasanya. Berapa banyak waktu terbuang di warnet. Bukankah lebih baik main futsal, main sepeda, kursus bahasa Inggris, kursus menari, atau kegiatan lain yang bermanfaat.

Mall selalu penuh dengan keluarga yang rekreasi. Anak main. Bapak Ibu anak makan, nonton, belanja. Kegiatan rekreasi yang butuh biaya. Bila tidak terpenuhi akan membuat orang stress.

Beginilah kota, yang seperti, tanpa perencanaan. Kota tanpa taman dan perpustakaan. Kota dengan biaya hidup tinggi.

Anak ponakan saya dari Amerika, sangat tidak betah liburan di Depok. Depok 11-12 dengan Bekasi. Kota yang tidak nyaman untuk anak main sepeda atau sekedar jogging.

Gagasan Ahok untuk membangun Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA), yang berasal dari dana CSR perusahaan, sangat berarti untuk masyarakat.

Ibu-ibu dan anak bisa menikmati taman yang indah. Ada ruang menyusui. Ada lapangan untuk bermain anak. Ada taman bacaan.

Berapa banyak dana rekreasi ke Mall yang bisa dihemat oleh keluarga. Cukup rekreasi ke RPTRA, hati senang. Anak-anak bisa senang dan memperkuat otot dengan berolah-raga. Uang yang bisa dihemat bisa ditabung untuk pendidikan anak.

Bila main ke Mall minimal makan-makan di Solaria atau KFC. Ibu Bapak dan 2 anak minimal mengeluarkan uang 120 ribu. Jika jalan-jalan sambil cuci mata, ada saja barang yang tidak sengaja terbeli. Bila melewati baju bagus atau sepatu bagus, Ibu akan membayangkan baju dan sepatu itu sesampainya di rumah. Akhirnya balik lagi ke Mall untuk beli. Susah untuk berhemat bila suka cuci mata lihat barang-barang lucu.

Berapa dana yang dikeluarkan untuk main game di warnet setiap bulan? Sambil main biasanya jajan snack junkfood.

Besar kan artinya RPTRA untuk masyarakat. Tampak kecil manfaatnya namun besar bila diakumulasikan. Sangat berarti untuk kesejahtraan keluarga dan pendidikan anak.

Hal seperti inilah yang membuat saya respek pada Ahok.
Sampurasun ๐Ÿ™

Marriage with Widower


Tina happy banget, akhirnya cita-citanya bakal menikah tercapai. Dalam waktu dekat, Tina akan menikah dengan Mas Tri, duda 3 anak.

Yang penting nikah. Bagaimana urusan dengan anak-anak Mas Tri, itu bagaimana nanti.

Ihik ihik ihik, jadi senang mikir bulan madu.

Selesai bulan madu, harus mikir ngurus rumah tangga, ngurus anak Mas Tri yang masih kecil, mendapat perlawanan dari anak yang lebih besar. 

Belanja bulanan, belanja sayur,  mengurus anak, pagi-pagi harus bangun untuk masak, mikir keuangan karena bentar lagi Mas Tri mau pensiun.

Hadeeuh. Teringat zaman gadis dulu. Hidup suka-suka. Kerja, beres-beres kamar, masak kalo mau, baca novel, nonton ke bioskop dengan teman-teman.

Xixixixi.
Jer besuki mawa bea.
Tak ada yang gratis di dunia ini.
Happy dapat teman hidup ?
Ada konsekwensinya yaitu TERIKAT.

Can you live with that ? ๐Ÿ˜Š



Honeymoon


Waktu masih honey moon sii enak banget. Setelah itu kembali ke dunia nyata. Jeng jeng jeng xixixi

This too shall pass.
Hidup begitu singkat.
Hidup pernikahan mau berapa tahun sii? 10 tahun ? 20 tahun ? 30 tahun ? 40 tahun ? 50 tahun ?
Suatu saat akan berpisah.
Pada akhirnya kita akan sendiri menempuh perjalanan sendiri, menembus ruang dan waktu.

Mati, hidup, mati, hidup, mati dan seterusnya.
Hidup dengan berbagai peran.
Kadang sebagai pria, kadang sebagai wanita.
Kadang sebagai orang kaya, kadang sebagai fakir miskin.
Kadang sebagai juragan, kadang sebagai kacung.
Kadang sebagai orang suci, kadang sebagai pelacur.

Toko dunia begitu menyilaukan dan memabukkan.
Kuingin mabuk Kamu.
Angkatlah aku dari samsara.
Bersama Kita menari hingga lenyap menjadi Aku.

Sampurasun ๐Ÿ™

Now


Melihat teman yang punya pekerjaan bagus jadi menyesal. Coba dulu aku rajin belajar. Aku bisa punya pekerjaan yang bagus. Duit tak perlu dipikirkan, datang sendiri. Senangnya...

Seandainya aku rajin dulu...
Seandainya aku sadar dulu...
Seandainya aku cerdas dulu...
Seandainya aku tidak menikah dengan pria yang terobsesi kaya mendadak dan gila pujian...
Seandainya aku punya kesadaran...

Mengapa dulu aku tidak cerdas...
Mengapa aku punya orang tua yang keras...
Mengapa aku kurang fit, gampang cape.
Mengapa aku gampang migren...
Mengapa...
Mengapa...

Begitu banyak penyesalan.
Bila dipikir-pikir, hidupku tampak tak berguna. Rasanya lebih baik mati saja...

Begitulah sifat pikiran...
Membandingkan diri dengan orang lain.
Menyesali masa lalu.

Alam begitu harmonis.
Pohon bambu tidak membandingkan diri dengan pohon beringin.
Mawar tidak membandingkan diri dengan melati.
Ikan tidak membandingkan diri dengan burung elang.
Mengapa mereka harus membanding-bandingkan diri.
Just be it.

Membanding-bandingkan diri adalah pekerjaan pikiran.
Menyesali masa lalu adalah pekerjaan pikiran.
Mengkuatirkan masa depan adalah pekerjaan pikiran.

Buang racun pikiran.
Buang racun teman dan keluarga yang suka membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain.
Kita membandingkan diri mereka dengan Sophia Latjuba, misalnya, mereka pasti ngamuk.

Be in now.
Now and here.
Be grateful.
Namaste

PS: Photo by @aMrazing

Rabu, 15 Juni 2016

This is But Just a Dream


Hari ini mendengar kabar Kakak Sepupu, Kak Cili Motota meninggal.
Jadi sedih dan merasa kehilangan.

Kak Cili ini datang pada acara pernikahanku di Jakarta, pernah nginap di rumahku Bekasi.
Klo aku ke Gorontalo, beliau selalu menengok.

Beliau care pada Almarhumah Mama.
Masih ingat bagaimana Kak Cili dan suami mengundang makan Mama dan aku ke rumahnya. Beliau masak sendiri.
Ketika Mama sudah meninggal, aku datang sendirian ke Gorontalo. Kak Cili mengundang makan aku, masak sendiri. Aku balik ke Jakarta, beliau memberi oleh-oleh.

Masih terbayang senyum cerah beliau.
Klo aku ke Gorontalo, rumah beliau salah satu tujuanku.
Kok aku jadi merasa empty-nest ya. Mama Papa sudah meninggal. Kak Cili meninggal.
Selamat jalan Kak Cili. Semoga bahagia di sisi Allah swt.

This is but just a dream. -Atisha.
Hidup hanya senda gurau belaka. - Al Quran.
Between two meditation sessions, regard phenomena as phantoms. -Atisha

Hidup ini hanya sementara. Bagaikan mimpi.
Pada akhirnya kita berjalan sendiri menuju Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Sampurasun.

Nb: Photo by Chris Buckard