Sabtu, 07 November 2015

Review Buku: The Namesake


Novel karya pemenang Pulitzer, Jhumpa Lahiri ini sangat memikat. Saya pernah menonton filmnya, namun kedalaman buku tak tertandingkan.

Kita menyelami pengalaman Ashima Ganguli, seorang wanita Bengal India yang mengikuti suaminya belajar dan bekerja di Amerika. Bagaimana seorang wanita muda yg menikah lewat perjodohan menjadi istri dan menjadi ibu di Amerika.

Hidup adalah rentetan perubahan. Setelah membesarkan anak-anak dengan keringat dan air mata, seorang ibu akan menjadi tua dan kembali "sendiri". Setelah puluhan tahun membina rumah tangga, akhirnya hidup "sendiri". Akhirnya sendiri menuju Dia.

Keluarga Ganguli, sebagaimana kebanyakan imigran dari India, rata-rata terpelajar dan termasuk keluarga menengah. Mereka tidak mencari duit dari mencuci piring, menjadi kasir, menjadi suster seperti kebanyakan imigran dari negara lain. Knowledge and skills are power.

Btw, mengapa orang India pintar-pintar bingit ya. Ilmu mereka tentang kesehatan terbukti canggih.

Kita bisa menyelami kehidupan keluarga Ganguli. Keluarga seorang Profesor yang mengambil Doktor di MIT jurusan Elektro.
Wow, keren banget ya. Lulusan MIT Ekektro boo. Ternyata kehidupan begitu ya. Mau sepintar dan sehebat apa pun seseorang, semua akan berlalu.

Jika Amy Tan menulis kisah yang memikat tentang anak-anak imigran Cina, benturan antara budaya Cina dan budaya Amerika, keunikan hidup mereka, maka Jhumpa Lahiri menulis kisah tentang anak-anak imigran India. Kedua penulis ini luar biasa. Detil, dalam, memikat dalam berkisah.

Subhanallah. Kisah tentang manusia begitu beragam. Kita beruntung bisa merasakan bagaimana rasanya hidup seperti dalam tokoh novel.

Membaca membuat kita "kaya". Jadi prihatin dengan penelitian yang mengungkapkan bahwa 90 persen dari masyarakat Indonesia tidak hobi membaca. Padahal rugi skali klo tidak membaca. Bisa rekreasi tanpa mengeluarkan ongkos transport.

Siapa kita ya di antara 6 milyar penduduk bumi. Bumi pun bukan apa-apa dalam keluasan semesta. Namun kita, debu yang tak berarti ini, dicintaiNya. Dia menyapa kita lewat semesta, kadang lewat sapaan yang ditangkap oleh seorang yang berkesadaran tinggi.

Gak nyambung yak ? Hehehe. Sedang terharu aja setelah membaca buku-buku berkualitas. Ternyata saya hanya setitik debu di antara kemegahan semesta. Namun setitik debu ini mendapatkan banyak rezeki hingga hari ini. TerimaKasih wahai Yang Maha Pengasih.

TerimaKasih... Namaste.