Sabtu, 07 November 2015

Review Buku: The Namesake


Novel karya pemenang Pulitzer, Jhumpa Lahiri ini sangat memikat. Saya pernah menonton filmnya, namun kedalaman buku tak tertandingkan.

Kita menyelami pengalaman Ashima Ganguli, seorang wanita Bengal India yang mengikuti suaminya belajar dan bekerja di Amerika. Bagaimana seorang wanita muda yg menikah lewat perjodohan menjadi istri dan menjadi ibu di Amerika.

Hidup adalah rentetan perubahan. Setelah membesarkan anak-anak dengan keringat dan air mata, seorang ibu akan menjadi tua dan kembali "sendiri". Setelah puluhan tahun membina rumah tangga, akhirnya hidup "sendiri". Akhirnya sendiri menuju Dia.

Keluarga Ganguli, sebagaimana kebanyakan imigran dari India, rata-rata terpelajar dan termasuk keluarga menengah. Mereka tidak mencari duit dari mencuci piring, menjadi kasir, menjadi suster seperti kebanyakan imigran dari negara lain. Knowledge and skills are power.

Btw, mengapa orang India pintar-pintar bingit ya. Ilmu mereka tentang kesehatan terbukti canggih.

Kita bisa menyelami kehidupan keluarga Ganguli. Keluarga seorang Profesor yang mengambil Doktor di MIT jurusan Elektro.
Wow, keren banget ya. Lulusan MIT Ekektro boo. Ternyata kehidupan begitu ya. Mau sepintar dan sehebat apa pun seseorang, semua akan berlalu.

Jika Amy Tan menulis kisah yang memikat tentang anak-anak imigran Cina, benturan antara budaya Cina dan budaya Amerika, keunikan hidup mereka, maka Jhumpa Lahiri menulis kisah tentang anak-anak imigran India. Kedua penulis ini luar biasa. Detil, dalam, memikat dalam berkisah.

Subhanallah. Kisah tentang manusia begitu beragam. Kita beruntung bisa merasakan bagaimana rasanya hidup seperti dalam tokoh novel.

Membaca membuat kita "kaya". Jadi prihatin dengan penelitian yang mengungkapkan bahwa 90 persen dari masyarakat Indonesia tidak hobi membaca. Padahal rugi skali klo tidak membaca. Bisa rekreasi tanpa mengeluarkan ongkos transport.

Siapa kita ya di antara 6 milyar penduduk bumi. Bumi pun bukan apa-apa dalam keluasan semesta. Namun kita, debu yang tak berarti ini, dicintaiNya. Dia menyapa kita lewat semesta, kadang lewat sapaan yang ditangkap oleh seorang yang berkesadaran tinggi.

Gak nyambung yak ? Hehehe. Sedang terharu aja setelah membaca buku-buku berkualitas. Ternyata saya hanya setitik debu di antara kemegahan semesta. Namun setitik debu ini mendapatkan banyak rezeki hingga hari ini. TerimaKasih wahai Yang Maha Pengasih.

TerimaKasih... Namaste.




Jumat, 09 Oktober 2015

Bangkit dari Kemalasan


Saya capek dengan kemalasan saya. Emang mirroring sii. Melihat Ibu yang sangat pemalas saya ngikut jadi pemalas juga. Namun itu mirroring. Dan manusia bisa lepas dari mirroring.

Saya sering mempunyai ART pemalas. Hanya mau kerja bila disuruh. Sampai mulut capek menyuruh dia. Bila datang malasnya, baju direndam air sabun begitu saja lalu dijemur. Baru ketahuan bila saya mau memakai baju. Luar biasa malasnya.

Manusia termasuk saya bisa menjadi sangat malas. Bagaimana ya bisa menjadi orang rajin ?

Padahal tidak ada untungnya jadi orang malas. Bila tidak bergerak, chi mandek, tubuh akan sakit dan kemudian berhenti bertugas.

Pelajaran dari One Earth College bidang studi Interfaith ini harusnya menjadi afirmasi untuk saya, untuk menjadi rajin dan penuh semangat:

*** Surga adalah paviliun penuh keringat, penuh kerja keras, penuh dinamika.
   Neraka adalah paviliun dimana orang bermalas-malasan dan mati karena penyakit malas.
Mereka lahir, hidup dan mati dalam kesia-siaan.
Mereka tidak meninggalkan cerita.
Jadilah penghuni surga.

Saya mau menerapkan program menjadi rajin untuk diri sendiri:
1. Perhatikan makanan. Makan makanan segar. Pergunakan rempah-rempah.
2. Just do it. Pikiran membuat pekerjaan jadi tampak berat.
3. Hidup dalam masa kini. Waktu tidak habis untuk menyesali masa lalu dan mengkuatirkan masa depan.
4. Gerak. Stretching. Menari. Menyanyi. Yoga. Menikmati hidup dengan bersyukur.
5. Bekerja dengan penuh semangat dan rasa syukur. Penuh semangat untuk memberikan kontribusi.

Semoga berhasil...hihihi. Amiin
TerimaKasih. Namaste

Bangkit dari Mirroring


Seorang teman mempunyai istri 3. Kata teman yang lain, "Dia mirip Bapaknya. Bapaknya juga poligami. Aku tak poligami karena orang-tua wanti-wanti untuk tidak menyakiti hati istri."

Bapak seorang Musisi menikah lagi sehingga membuat Ibunya terluka. Musisi ini tinggal bersama Ibunya. Dia tidak suka pada pada perilaku Bapaknya namun dia meniru perilaku Bapaknya itu. Musisi ini menikah lagi sehingga membuat istri pertamanya sakit hati dan meminta cerai.

Seorang penulis bercerai dengan suaminya. Setelah perceraian, barulah penulis ini menceritakan bahwa suaminya tukang pukul. Orang tua si suami ini bercerai karena Ibunya tidak tahan dengan perilaku kasar suaminya. Si Suami ini tidak suka dengan perilaku Bapaknya namun dia mengikuti perilaku Bapaknya.

Itulah Mirroring. Kita meniru perilaku orang di sekitar kita, walau kita tidak suka.

Saya tidak suka dengan perilaku malas dan suka marah-marah dan bentak-bentak. Saya tidak suka, namun saya ternyata memiliki perilaku seperti itu.

Hingga saat ini saya berusaha untuk keluar dari perilaku bermalas-malasan. Cukup lama saya berusaha untuk tidak menjadi pemarah dan suka bentak-bentak. Mulai dari makanan yang tidak pedas dan melembutkan diri dengan prayanama. Mulai tampak hasilnya. Saya sudah tidak sepemarah dulu.

Seorang kerabat memiliki perilaku seperti Bapaknya. Dia tahu betapa Ibunya sakit hati dengan perilaku Bapaknya yang cuek dan seenaknya terhadap istri. Namun dia mengikuti perilaku Bapaknya. Dia persis seperti Bapaknya, bertingkah seenaknya tanpa peduli dengan kesehatan dan kesejahtraan istrinya.

Manusia bisa berubah jika dia menyadari kesalahannya dan bertekad untuk mengubahnya. Biasanya manusia sulit untuk menyadari perilaku yang menyakiti diri dan sekitar. Itulah perlunya meditasi, untuk menyaksikan dan menyadari pikiran dan emosi kita.

Bapak Jusuf Kalla adalah salah seorang yang bisa keluar dari Mirroring. Saya membaca biografi JK yang merupakan kenangan terhadap Almarhumah Ibunya, "Athirah", betapa Ibu Athirah terluka saat dipoligami. JK sempat tidak diterima oleh calon mertua, Bapaknya Ibu Mufidah, karena takut Mufidah dipoligami. Namun JK bertekad untuk tidak poligami dan beliau buktikan hingga saat ini.

Itulah perlunya meditasi dan memilih lingkungan kita. Kita bisa memilih teman-teman yang rajin dan penuh semangat berkarya. Kita bisa memilih teman-teman yang menunjang perkembangan kita.

Seorang teman, yang memiliki pekerjaan bagus, suka berteman dengan gerombolan pengangguran yang pembohong dan pengkhayal. Dia suka berteman dengan gerombolan itu karena memenuhi kebutuhannya untuk "merasa penting". Akhirnya dia menjadi seperti teman-teman gerombolan itu. Dia jadi pembohong, berperilaku seenaknya, dan penipu. Itulah pilihan hidupnya.

Semoga kita bisa bangkit dari Mirroring yang merugikan kita dan lingkungan kita. Amiin.
TerimaKasih. Namaste...

Senin, 05 Oktober 2015

Mirroring


Membaca "Norwegian Wood" Haruki Murakami rasanya masuk ke dunia yang kelam. Seperti hidup pada musim gugur dan musim dingin. Tanpa kehangatan mentari.

Tokoh-tokoh dalam novelnya kok mudah sekali bunuh diri. Merasa depresi, langsung bunuh diri. Siapa sii yang tidak pernah merasakan depresi dalam hidup ? Namun memutuskan untuk bunuh diri adalah mirroring. Banyak yang bunuh diri, jadi orang yang depresi ikutan bunuh diri.

Saya membaca wall Ibu yang anaknya, yang masih SMP, bunuh diri. Ibu itu "menuduh" hal ini karena anaknya suka membaca anime / manga Jepang dimana beberapa tokoh bunuh diri.

Orang tua anak ini bercerai, dan masing-masing sudah menikah lagi. Anak ini tinggal bersama Nenek dan Tantenya di Jakarta. Banyak yang mengira /menganalisa bahwa anak ini bunuh diri karena merasa tidak diperhatikan, kurang kasih sayang, orang tuanya lebih memperhatikan keluarga barunya.

Mungkin anak ini depresi karena Bapak Ibunya bercerai...

Saya perhatikan anak-anak jalanan yang orang-tuanya bercerai, yang orang tuanya memanfaatkan dia untuk mencari nafkah. Anak-anak itu tidak hidup layak, tidak merasakan hidup nyaman, sekolah yang berkualitas, les bahasa Inggris, travelling, nonton, punya gadget bagus. Kok anak-anak jalanan jarang yang bunuh diri ya.

Itulah mirroring. Orang cenderung meniru orang di sekitar. Bisa juga meniru artis idola, buku, media social, tv.

Mirorring dari buku sebenarnya bagus loh. Karena buku membuat otak menganalisa, membuat otak "memasak" informasi yang masuk, tidak menelan informasi atau berita mentah-mentah. Beda sekali dengan nonton tv

Namun tentu saja ada pengecualian. Anak yang bunuh ini sering baca manga (komik Jepang). Komik bukan buku yang membuat otak menganalisa ya. Komik adalah gambar-gambar.

By the way busway, ada juga yang membaca buku aliran keras menjadi keras dan fanatik.

Hidup emang kompleks. Tidak hitam putih saja.

Semoga kita semua diberikan pikiran yang jernih. Amiin.
TerimaKasih. Namaste...

Belajar dari Akun Hosip


Tak ada orang yg suka digosipin. Dan gosip bisa lebih berbahaya dari satu kebohongan *pernah baca quotenya. Karena gosip adalah berita yang dihembuskan tanpa cover both sides dan pastinya tanpa klarifikasi. Saya pernah merasakan bagaimana digosipkan oleh saudara sepupu, dan hingga hari ini dia tidak pernah minta maaf. Namun sudah terbayar sii. Dia pernah jadi buah bibir karena suatu "aib". Life !!!

Namun hari ini saya follow satu akun gosip di twitter dan instagram. Tidak semua saya baca karena tidak penting. Namun ada yang perlu kita renungkan. Ada berita yang menjadi rahasia umum namun tidak diberitakan untuk menghindari somasi.

Ada cerita tentang artis muda cantik yang bercerai, antara lain, karena ibunya matre. Suami pertama sudah berusaha memberikan materi sesuai kemampuan, namun tetap saja tidak cukup. Artis ini bercerai lalu menikah lagi. Ternyata suami baru ini mengecewakan sehingga artis ini bercerai lagi dengan usia pernikahan yang sangat pendek.

Yang menarik adalah, artis muda ini sekarang mengenakan jilbab syar'i.

Begitulah. Kita banyak melakukan kekhilafan. Dan ada yang mau menebus kekhilafan itu dengan "taat beragama", antara lain dengan mengenakan jilbab.

Kita memang perlu memaafkan diri dengan melakukan hal yang baik. Untuk kesehatan jiwa dan pikiran kita.

Ajahn Brahmn menyarankan untuk melakukan kegiatan sosial untuk menebus rasa bersalah. Sharing pengetahuan, waktu, perhatian, apa pun akan membuat kita merasa baik. Di Vihara Ajahn Brahmn, menebus kesalahan bisa dengan pukulan kucing. Pukulan kucing berarti mengelus-ngelus kucing. Menebus rasa bersalah dengan melakukan kebaikan pada diri dan orang lain.

Ada artis yang melakukan seks bebas sebelum nikah. Sekarang artis ini berjilbab.

Jadi ingat seorang penyanyi rock yang "bertaubat" dengan ekstrim. Beliau ini pernah ceramah di pengajian kompleks saya. Ibu tetangga dikatakan "laknat" oleh dia karena menampakkan wajah tidak setuju atas ceramah dia.

Baru saja saya membuka FB seorang ibu yang anaknya bunuh diri. Ibu ini teman dunia nyata saudara saya. Jadi kebaca deh wall beliau. Beliau mengobati rasa "bersalah" dan kehilangan dengan berjilbab dan "taat beragama".

Fenomena "bertaubat" dengan "taat beragama" ini menarik. Kadang, bertaubatnya menjadi ekstrim. Ada yang jadi "pembela kebenaran". Ini menjadi masalah baru...

Ada artis yang ibunya sangat matre. Surga ada di telapak kaki ibu. Neraka juga...

Ada artis-artis yang menjadi simpanan. Ada yang bisa dibooking. Padahal penghasilan mereka cukup untuk hidup bila tidak neko-neko loh. Maunya neko-neko sii.

Sekian update hosip kali ini. Topiknya adalah "menebus rasa bersalah" dan "matre is in the air".

Semoga kita semua dikaruniai pikiran yang jernih. Amiin.

TerimaKasih. Namaste

Kamis, 01 Oktober 2015

Menyesali Nasib


Beruntungnya si A. Dapat pekerjaan bagus. Walau dia ibu rumah tangga dengan 3 anak yang diurusnya dengan baik, dia tetap bisa berkarir dengan baik. Dia seorang akademisi yang sukses, seorang penulis dan seorang penari. Saya melihat fotonya di FB dengan calon suami yang ketiga.

Alam semesta berkonspirasi untuk memberikan karir yang cemerlang untuk dia.

Saya membaca kisah sukses Pemilik grup Hotel Oberoi dari India. Alam berkonspirasi untuk mendorong dia menjadi pengusaha sukses.

Dalam "Outliers" Malcolm Gladwell membeberkan faktor kesuksesan seseorang. Lahir kapan dan dimana, kesempatan dan kerja keras (10 ribu jam terbang). Faktor "hoki" adalah salah satu faktor mengapa muncul seorang Bill Gates dan seorang Zuckerberg.

Pernah merasakan gak sii, betapa beruntungnya seseorang. Jalan dia untuk kaya raya terbuka lebar. Jalan untuk berkarir dengan cemerlang terbuka lebar. Wajah kurang cantik, tapi bisa dapat suami yang sukses dan menyayangi dia.

Itulah garis hidup, atau karma, atau takdir.

Bagaimana dengan kita dan karma kita. Kadang kita menyesalkan karma kita yang tidak sebagus orang lain. Itulah buah dari perbuatan kita. Nah bagaimana kita menyikapinya? Mau tetap ceria dengan lagu dan tarian seperti dalam film Bollywood atau mau bermuram durja, menghabiskan waktu dengan menyesali nasib lalu menenggak obat tidur ?

Saya membahas hal "karma buruk" ini karena terinspirasi dari buku "Yoga Sutra Patanjali" karya Anand Krishna dan buku "Cacing dan Kotoran Kesayangannya" karya Ajahn Brahm.

Bila menyesali diri, mengapa tidak bisa membeli baju, tas, sepatu yang bagus-bagus, tengoklah Ajahn Brahm. Bajunya cuma jubah biasa beberapa buah. Bila menyesali diri karena tabungan di bank angkanya pada saldo minimal, tengoklah Ajahn Brahm yang tidak memegang duit. Bila ingin memiliki rumah yang nyaman dan indah, tengoklah kamar Ajahn Brahm yang sederhana. Dengan hidup sangat sederhana, beliau berwajah cerah dan penuh kebahagiaan, bisa melayani sesama.

Sepanjang pengamatan saya, Pak Anand Krishna hidup sederhana. Makan makanan sederhana hanya sekali sehari. Pakaian sedehana. Hidup seperti beliau tidak menyenangkan indra-indra yang ingin dimanja. Beliau mapkan dan tidur seperlunya, sisanya diisi dengan kerja keras. Uang yang ada tidak digunakan untuk kesenangan pribadi. Tanpa kekuatan dan cinta, siapa yang tahan menjalani hidup seperti itu.

Intinya, marilah kita menerima garis hidup kita. Mari hidup ceria penuh tawa, tarian dan lagu seperti dalam film Bollywood.

TerimaKasih... Namaste...

Rabu, 30 September 2015

Biaya Hidup Tinggi


Iri deh lihat foto-foto Ibu Rani Rachmani Moediarta di FB. Selain foto-foto yang indah di kediaman beliau di Bali, beliau posting tentang kegiatan beliau di rumahnya di Zandvoort Holland.

Kota kecil dekat Amsterdam ini tidak memiliki mall. Ada kali, hutan, dan taman untuk warga Zandvoort. Bu Rani naik sepeda untuk transportasi di sana. Warganya bisa rekreasi di taman, dekat sungai, keliling kota jalan kaki atau naik sepeda. Bisa ngopi-ngopi cantik di cafe.

Senangnya jika Bekasi punya taman, perpustakaan, tepi kali yang bersih. Warga Bekasi bisa rekreasi yang murah meriah. Tidak perlu rekreasi di mall.

Iri banget dengan penduduk DKI yang mendapatkan berkah seorang Gubernur Ahok. Warga Jakarta bisa jalan kaki sepanjang Sudirman Thamrin karena nyaman. Kota Jakarta punya taman-taman, museum-museum, perpustakaan. Sekarang ada waduk Ria Rio yang bisa untuk rekreasi warga sekitar.

Warga DKI beruntung pernah mempunyai Gubernur Ali Sadikin yang suka budaya. Dapat berkah dengan mendapatkan Gubernur Ahok.

Kasihan sekali warga Bekasi ya. Hiburannya ke mall. Padahal liburan ke mall adalah liburan biaya tinggi. Makan saja minimal IDR 50k seorang. Belum minuman dan snack. Belum nonton. Belum belanja-belanja. Walau tak niat belanja, kalau sering lihat-lihat jadinya kepingin. Bagaimana bila orang bergaji sedikit. Apakah ini awal "cewek matre" dan masyarakat matre ya.

Mengapa angka korupsi tinggi, mengapa masyarakat ini matre sekali ? Banyak wanita cantik yang mau jadi simpanan karena alasan materi.

Gubernur Ahok sudah memikirkan bagaimana agar biaya "produksi" tidak tinggi. Beliau mengusahakan transportasi umum yang layak dan murah. Jalan-jalan nyaman untuk pejalan kaki. Ada taman-taman kecil selain taman-taman besar untuk tempat rekreasi warga.

Manusia butuh apa sih. Makan cukup, ada pakaian, ada tempat tinggal, jaminan kesehatan dan pendidikan, bisa berkarya dan menjalani hobi. Hal ini mudah dipenuhi bila kita

hidup sederhana dan kota tempat kita tinggal menunjang.

Terberkatilah Gubernur Ahok. Semoga diikuti oleh Gubernur lain.

Bila kita "cukup" dan nafsu matre tidak besar, angka kriminalitas bakal menurun. Banyak kriminalitas terjadi karena terpaksa, karena ekonomi biaya tinggi.

Semoga dicukupkan kebutuhan kita. Amiin...




Dunia Adalah Penjara Bagi Orang Beriman


Dunia adalah penjara utk orang beriman. Pernah baca hadist itu kah ?

Dunia ini, pada dimensi ini, indaaah skali. Sering membuat kita lupa bahwa dunia ini hijab, maya, lila, permainan...

Nontonlah National Geographic, follow instagram para petualang. Luar biasa indahnya bumi ini. Subhanallah.

Buka Youtube Deva Premal Miten Mannose. Dengarkan lagu Gayatri dan Triyambakam. Seakan-akan malaikat turun ke bumi untuk menyanyi.

Dengar Cak Nun sholawatan, dengar musik Kitaro, dengar suara teduh Gus Mus... Rasanya dunia ini surga...

Begitu banyak buku yang indah. Terlalu banyak sehingga saya gagap bila menjawab, apa buku favorit saya. Begitu indahnya rasa tenggelam dalam dunia buku sehingga lupa dunia sekitar. Terberkatilah para penulis...

Film jugaaaa. Begitu banyak yang menyentuh. Misalnya film Gravity. Sampai merinding saat scene nya Sandra Bullock berada di luar angkasa. Tiba2 hening. Air mata bercucuran karena indahnya rasa hening. Begitu megahnya alam raya. Begitu hening...

Orang saling jatuh cinta. Senang lihatnya. Begitu mabuk sehingga lupa bahwa hubungan apapun hanya sementara. This too shall pass.

Senangnya melihat anak kecil tertawa. Tawa penghuni surga. Begitu sayangnya pada anak sehingga sering lupa bahwa pertemuan dengan siapa pun hanya sementara. This too shall pass.

Dunia ini penjara bagi orang beriman karena begitu memikatnya dunia ini sehingga sering membuat kita lalai untuk ilaihi raji'un. Lalai untuk bersiap kembali kepada Nya, Sang Maha Cinta...

TerimaKasih... Namaste

Sabtu, 26 September 2015

Inside Out The Movie: Perlunya Emotional Culturing


Gila!!! Keren!!! Bisa aja "Inside Out" ini menceritakan kerja otak dan emosi dalam bentuk kartun 3 dimensi yang memikat.

Ada memori-memori yang, karena tak dipergunakan, akan dibuang ke tempat pembuangan, yang terlupakan.

Efisien sekali kerja otak kita. Bila tidak dipakai, singkirkan!!!

Penemuan neuroscience bisa diceritakan begitu memikat walau tetap "berat" sih. Peristiwa2 dlm hidup bisa masuk dalam ingatan terutama pusat ingatan bila ada emosi. Pusat ingatan ini membentuk kepribadian seseorang. Ada pulau keluarga, pulau teman, pulau bermain, pulau hobi, pulau kejujuran dst.

Ada seorang teman yang tidak ingat pengalaman saat Kuliah Kerja Nyata di kampung dulu. Beda "pelupa" dengan "tidak ingat". Pelupa bisa jadi karena sel-sel otak banyak yang rusak. Sementara tidak ingat berarti peristiwa itu berlalu tanpa ada emosi terlibat. Otak hanya mengingat peristiwa yang terkait dengan emosi yaitu joy, sadness, anger, disgust dan fear.

Ada peristiwa dengan emosi yang sangat intens tapi sepertinya terlupakan. Pada film "Inside Out", Riley sangat takut pada badut. Riley sepertinya tidak ingat karena peristiwa itu terkunci pada gudang bawah sadar.

Obat-obat yang diberikan oleh Psikiater akan menyimpan "peristiwa yang tidak ingin diingat" pada gudang bawah sadar. Apa yang tersimpan bisa keluar bila terpicu.

Seorang yang mengalami perkosaan atau peristiwa traumatik biasanya tidak akan ingat peristiwa tersebut kecuali bila terpicu. Itulah hebatnya kerja otak. Melindungi manusia dari kesakitan. Subhanallah.

Bila manusia menderita sakit yang tidak dapat ditanggung, tubuh akan pingsan atau mengalami koma.

Bila manusia tidak dapat menanggung beban pikiran, dia akan mengalami hilang ingatan atau gila.

Hebatnya kerja semesta sebagai bayangan Sang Ilahi !!!

Sampah peristiwa traumatik yang disimpan dalam gudang bawah sadar akan membuat manusia menderita, akan tergantung pada obat anti depresi yang membuat manusia tidur melulu, tidak produktif dan susah untuk bahagia.

Untuk membersihkan pikiran dan emosi, mari kita mengikuti program "Self Empowerment & Wellbeing" di Anand Ashram . Banyak penderita trauma dan adiksi bisa sembuh dan bangkit setelah mengikuti program dan rajin berlatih.

Film "Inside Out" ini perlu ditonton dan menjadi rujukan kita dalam memahami kerja pikiran dan kaitannya dengan emosi.

TerimaKasih. Namaste 😊

Jumat, 25 September 2015

Update Gosip



Kemarin saya silaturahmi ke rumah saudara setelah sekian lama tidak bertemu. Ternyata sambil update gosip. Jadi tahu berita "kemalangan" saudara lain.

Berita yang baik itu bukan berita. Berita adalah cerita "kemalangan" orang lain misalnya ditinggal kabur suami dan lain-lain.

Walau apakah itu "malang" dan "untung" ? Tergantung perspektif. Kita sering tidak tahu mana malang mana untung. Karena ada blessing in disguise.

Ada cerita orang-tua2 yang membebani anak di masa tua. Bukan perkara merawat aja tetapi anak kerepotan mengatasi stress orang tua.

Berat juga anak yang harus melayani orang tuanya yang stress. Dia harus mengurus anak juga harus mengurus orang tua yang stress.

Ada saudara yang ditinggal kabur suami. Ada saudara yang suaminya kembali ke pelukan dia. Ada saudara yang anaknya pengangguran padahal sudah berkeluarga. Ada saudara yang jadi babysitter cucu. Ada saudara yang pada usia tua harus berbagi uang pensiun dengan anak-anaknya yang sudah punya cucu. Life !!!

Ada saudara yang penghasilan suaminya besar untuk ukuran rata-rata. Saudara ini sudah selesai menyekolahkan dan mengawinkan anak-anaknya. Harusnya kan bisa ongkang-ongkang kaki. Ternyata beliau saat ini meminta bantuan finansial dari ibunya yang sepuh. Ibunya ini pensiunan PNS, jadi mendapatkan pensiun tiap bulan.

Penghasilan besar berpuluh tahun itu kemana ya? Setahu saya, saudara ini masuk ke dalam kategori sangat hemat.

Walau sudah menyekolahkan anak-anak, tidak ada jaminan anak-anak akan menanggung hidup di masa tua. Saudara saya ini contohnya.

Yang saya tidak habis pikir, saudara ini kan jadi babysitter cucunya. Sepatutnya biaya hidup ditanggung anaknya dong. Kok saudara ini bisa minta bantuan ibunya, walau kasih seorang ibu sepanjang jalan. Saudara ini kan bisa masak. Mengapa tidak jualan makanan ? *karena harus jaga cucu. Wah, jadi puyeng mikirinnya.

Ada saudara yang tampak sholihah, pakai jilbab syar'i, postingannya di FB berkisar tentang doa dan dakwah. Ternyata saudara ini tidak tahan juga berdekatan dengan orang tuanya yang sepuh dan stress. Dia langsung angkat kaki jauh-jauh bersama suami dan anak-anaknya. Orang tua yang stress biar dirawat Suster.

Kok banyak cerita anak-anak yang tertekan karena harus mengurus orang tua yang stress ya. Ada saja orang tua yang keinginannya "harus" terpenuhi. Keinginannya yang harus terpenuhi ini membuat beliau stress dan anak-anaknya stress. Surga anak ada di telapak kaki Ibu. Neraka juga...

Demikian update gosip. Sekali bertemu dengan saudara, banyak sekali update berita yang masuk.

Hidup adalah penderitaan karena keterikatan kita, kata Buddha. Jadi mari melepaskan keterikatan kita sehingga kita bisa bahagia. Amiin.

TerimaKasih. Namaste 😊

             

Selasa, 15 September 2015

9 dari Nadira


Satu dari manfaat membaca adalah kita bisa menghayati beragam pengalaman hidup seseorang tanpa menjalaninya. Tidak cukup umur rek.

Membaca "9 dari Nadira", saya bisa "merasakan" bagaimana rasanya jadi wartawan majalah Tempo eh Tera. Bagaimana rasanya mendapatkan beasiswa di College di Kanada. Bagaimana kehidupan wanita terpelajar di masa Bung Karno, wanita putri pengusaha yang belajar sastra di Belanda.

Menghayati beragam kehidupan.

Jika ingin travelling tanpa biaya besar kita bisa membaca buku Agustinus Wibowo sambil berimajinasi. Jika ingin menyelami kehidupan mari tenggelam dalam karya-karya sastra.

Sastra memang memikat karena mengupas kehidupan apa adanya. Betapa kehidupan sangat berwarna, tidak hitam putih. Dan betapa membosankan karya yang "berdakwah". Baru membaca saja sudah mengerti arah dan akhirnya.

Mengapa seorang wanita yang tampak bahagia dengan berkecukupan, dengan suami dan anak-anak yang baik bisa mengakhiri hidupnya begitu saja. Hidup ini penuh persoalan, otak manusia bisa sangat liar tanpa batas, gejolak emosi bisa turun naik seperti rollcoaster.

Buku "9 dari Nadira" ini buku yang patut dibaca. Kita bisa menghayati perjalanan / pengalaman hidup Leila eh Nadira.

Memang banyak buku sastra memikat berasal dari pengalaman hidup penulis seperti novel Amy Tan, NH Dini, A. Fuadi, Rani Rachmani Moediarta, Fira Basuki. Ada juga novel yang berasal dari pengalaman sebagai wartawan majalah wanita yang sering berinteraksi dengan banyak wanita dan kehidupannya.

Ada pepatah Cina yang artinya, setiap rumah tangga mempunyai buku yang sulit dibaca. Hehehe, saya kutip dari buku "Titik Nol" Agustinus Wibowo. Dan, menurut saya, rata-rata manusia juga seperti itu, mempunyai buku yang sulit dibaca. Untuk itu perlu belajar "membaca".

Buku ini sayang bila dilewatkan. Thank you for writing Leila.
Namaste 😊

Nasib Sial

   *foto dari FB: Rani Rachmani Moediarta

Kata seorang teman," Aku ini wanita pembawa sial. Usaha suamiku gagal, suami sakit berat."

Ada istri yang katanya bawa hoki. Ada anak bawa hoki. Ada yang bawa sial. Konon.

Ada seorang public figure yang tampaknya hoki. Kuliahnya bagus, pekerjaan bagus, mesra dengan pasangan. Setelah mengenal beliau lebih dalam melalui teman dekatnya, ternyata cerita dia agak kelam sedikit. Suaminya memang sayang sekali padanya, namun kemarin mereka hampir bercerai. Ternyata si suami punya harapan yang tidak bisa diwujudkan oleh si istri.

Bila kita melihat seorang Amy Tan, pastilah dia termasuk orang sukses. Penulis terkenal dengan income besar, tinggal di San Fransisco dengan suami tercinta dalam pernikahan yang awet, senang travelling berdua dengan suami. Kurang apa coba ?

Namun novel otobiografi Amy, "The Opposite of Fate", bercerita tentang pahit manis, suka duka kehidupan yang dijalani Amy.

Saya suka dengan novel-novel karya NH. Dini. Terimakasih telah menulis, Ibu Dini. Tampaknya hidup sebagai istri diplomat sangat menyenangkan. Tinggal di Paris, di desa pedalaman Prancis, dan kota-kota di manca negara tampak menyenangkan. Ternyata tidak juga. Ada faktor yang menyusahkan, misalnya suami pelit, kasar, tidak perhatian dan perhitungan.

Apa yang tampak megah di luar belum tentu indah di dalamnya.

Seorang teman cerita, beliau pernah tinggal di apartemen dengan pemandangan sangat indah. Namun jendela apartemen sering ditutup karena dia menderita depresi berkepanjangan. Padahal apa sii yang menyusahkan ? Suami ada, anak-anak cantik dan sehat, keuangan dan kesehatan bagus. Apalagi si yang dicari, kok depresi segala. Nah, manusia memang makhluk yang kompleks. Tidak bisa dilihat hitam putih saja. Banyak warna lain hihihi.

Urip iku sawang sinawang. Begitu salah satu pepatah Jawa. Rumput tetangga tampak lebih hijau. Padahal mana kita tahu masalahnya. Suka duka silih berganti. Tidak mungkin seseorang itu hidup senang terus. Ada saatnya duka menyapa. Demikian sebaliknya.

Semoga kita menjadi orang-orang yang selalu bersyukur.
Terimakasih. Namaste 😆


Selasa, 04 Agustus 2015

Cinta ???


Aji ingin menikahi Saras. Aji ingin membahagiakan Saras. Aji mencintai Saras.

Saras terpekur mendengarkan rayuan maut Aji. Wanita mana yang tidak ingin dicintai sepenuh hati.

Namun Saras pusing mendengarkan kalimat-kalimat Aji.
"Kamu minta mahar berapa? Serius!"
"Saya akan minta pensiun dini. Kita akan pulang kampung. Bangun 1 rumah dan tanah 10 hektar untuk berkebun. Aku ingin menikmati masa tua bersamamu. Mengantar kamu kemana kamu mau."
"Saya bosan hidup bebas. Ayo kita pulang dan tinggal di kampung".
"Aku ingin membahagiakan Saras".
Dan Aji bercerita tentang bisnisnya, kehidupannya, keinginannya...

Dan Aji tidak pernah bertanya tentang apa keinginan Saras. Tidak pernah bertanya tentang hal-hal apa yang membahagiakan Saras. Tidak pernah bertanya tentang hobi Saras.

Saras tersenyum. Rasa "cinta" tidak cukup. Namun cinta itu cukup dan mencukupkan. Bila mencintai seseorang, biarkan dia berbahagia dengan pilihannya. Bukan menyekap dia dalam sangkar emas.

Saras teringat pada mantan suaminya. Mantan sering berkata, "Aku melakukan ini itu semua untukmu. Jika usaha ini berhasil toh kamu yang senang."

Mantan suami Saras berbohong. Dia melakukan sesuatu hal demi ego dia, ingin disanjung, ingin dihormati, ingin kaya raya.

Demi ego dia, suami Saras sering berkumpul dengan orang-orang pengangguran yang mencari duit dengan menipu orang yang gila sanjungan seperti suami Saras.

Suami Saras memberikan hampir seluruh penghasilannya kepada para penipu setiap bulan selama bertahun-tahun. Penipu-penipu itu tidak puas. Suami Saras jadi berhutang kemana-mana demi memuaskan si penipu.

Saras tidak tahan dan minta cerai. Saras tidak sanggup hidup dengan hutang yang terus menumpuk.

Saras tidak pernah mengeluh dengan pemberian suami yang sedikit. Saras tidak mengeluh dengan suami yang tidak perhatian. Namun suami Saras semakin lama semakin gila dengan obsesi ingin kaya raya. Dia semakin gila berhutang. Dia semakin piawai berbohong agar teman kerabat mau memberikan pinjaman.

Saras tidak tahan. Rasa aman dia sudah tercabut. Tidak ada lagi yang bisa dipertahankan dalam perkawinannya. Tak ada cinta, tak ada penghargaan, tak ada rasa aman.

Sudah saatnya menjalani hidup sendiri-sendiri. Karena pada dasarnya manusia itu sendiri.

We shall meet each other if our karma are connected...
If our karma are not connected anymore, we shall walk in our own path.
That is it...




Jumat, 17 Juli 2015

Samsara 1


Bapaknya Sj meninggalkan istri dengan 4 anak. Dia pergi begitu saja tanpa tanggung jawab.

Sj diadopsi oleh sepasang suami istri yg tak punya anak. Sj dibesarkan hingga waktunya menikah.

Sj setia pada istri dalam arti tidak menikah lagi dan selalu pulang ke rumah. Namun kecuekannya membuat istri sakit hati. Sj tak peduli istri mau sakit badan, sakit hati, sakit jiwa. Yang penting bagi Sj, kebutuhannya terpenuhi. Dia makan cukup, bisa bersenang-senang, anak-anak sehat, dan yang terpenting, dia bisa pamer pada masyarakat. Dia suka pamer keluarganya yang sukses pada masyarakat.

Sj punya anak PW. PW ini meniru perilaku Bapaknya, Sj. PW tak peduli istri mau sakit hati, sakit badan atau sakit jiwa. Yang penting bagi dia, keinginannya tercapai.

Itulah samsara. Lingkaran berulang. Sifat buruk menurun pada anak, sebagaimana sifat baik.

Itulah sisa evolusi sebagai hewan. Dunianya adalah mementingkan diri sendiri. Tak bisa terpikirkan bahwa dunia itu luas. Bagi dia, dunia itu adalah keinginannya terpenuhi. Orang lain, bahkan istri sendiri, mau menderita, peduli amat.

Mari menjernihkan diri agar menjadi manusia 😆 Mari berusaha 😆

Kamis, 14 Mei 2015

Become Real


Buku-buku favorit Saraswati antara lain Autobiography of A Yogi, Paramhansa Yogananda dan Siddhartha, Herman Hesse. Dua buku fenomenal ini begitu mengesankan sehingga menjadi nyata dalam kehidupan seorang Saras.

Paramhansa Yogananda dan Siddhartha adalah orang-orang single. Saras juga seorang single. Banyak orang menduga bahwa seorang Saras trauma dengan pernikahan, Saras trauma menjalin hubungan cinta. Padahal tidak seperti itu. Prioritas hidup Saras bukanlah berkeluarga, membina kehidupan sakinah mawaddah wa rahmah. Saras sibuk dengan legenda hidupnya, menjadi seorang Mojud, menjadi seorang Siddhartha.

Saras terkesan dengan seorang Mojud, a dam mast qalandar. Mojud melepaskan perhitungan untung rugi dalam hidupnya. Mojud menjadi seorang pengembara dengan cinta membara. Dan orang sembuh ketika menyentuh jubahnya. Mojud tak peduli. Dia Mojud, dia Ada. Kehidupan dunia, senang susah kaya miskin hanyalah permainan belaka.

Novel Siddhartha karya Herman Hesse benar-benar fenomenal. Pantas Herman Hesse mendapatkan hadiah Nobel untuk Sastra. Dan perjalanan Siddhartha menggugah Saras untuk berjalan bersama Siddhartha. What a journey.

Like a river, everything returns. -Herman Hesse in Siddhartha.

What a quote. Mengingatkan pada arti simbol Infinity Dragon. All is one. Hurting others is hurting myself.

Dan Saras menjadi sebagaimana seorang tokoh dalam buku favoritnya. Cerita dalam novel menjelma dalam kehidupan nyata.


Rabu, 22 April 2015

Up to You


Seorang teman cerita tentang proyek puluhan milyar yang sedang diincarnya...

Saras tersenyum...

Seorang teman cerita tentang baju-baju yang dijahitnya, harga bahan dan harga jahit sekian... Mahal...

Seorang teman cerita tentang liburan ke Eropa...

Saras tersenyum...

Saras sudah melewati point dimana tabungan dan duit di tangan kosong. Saras memutuskan untuk tidak meminta maupun meminjam duit. Bila tidak mendapat rezeki berarti sudah saatnya Saras meninggal dunia. Bye...

Saras sudah tidak peduli dengan hinaan-hinaan yang diterimanya...

Saras sudah tidak peduli bila harta warisan tidak sempat dicicipi namun jatuh pada kakaknya yang memalingkan muka dari dia...

Saras sudah tidak peduli pada cerita seorang teman yang sering membuatnya puyeng. Misalnya teman ini cerita hari Kamis minggu ini dia akan ke kota B. Besoknya dia cerita akan ke kota C dari hari Senin hingga hari Sabtu. Puyeng bila dihubungkan. Tidak masuk akal.

Teman yang ceritanya kacau ini bercita-cita untuk membahagiakan Saras. Namun cara dia berbicara yang tidak masuk logika membuat Saras puyeng cenat-cenut. Saras memutuskan untuk membiarkan si teman ini berbicara seenak udelnya. Silakan aja. Saras akan berlagak pilon. Cerita akan masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

Saras tersenyum...

Terserah padaMu Bunda Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang...
Tiba-tiba Saras mendapatkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, ketika Saras sudah menyerah.

Anand bhaia meri mayi...
Sad Guru mer paia *singing
Oh Mother look, I am sooo happy.
I have met The True Guru...

Sabtu, 18 April 2015

Perfeksionis


Saya termasuk perfeksionis. Bila sudah suka pada buku satu penulis maka saya akan mengoleksi buku-buku dari pengarang tersebut.

Saya mengoleksi buku-buku karya Anand Krishna, NH. Dini, Paulo Coelho, Dee Lestari, A. Fuadi, Raditya Dika, Alberthiene Endah, Ika Natasha, Andrea Hirata, Leila S. Chudori dll. Berburu buku yang sudah menjurus ke "temptation".

Saya punya seri buku "Lima Sekawan", seri chicklit Sophie Kinsella, buku seri Olga dan Lupus, buku seri Emil dan Pippi dst.

Rasanya fardhu ain untuk punya koleksi buku dari penulis favorit. Padahal setelah dikoleksi, perasaan biasa saja. Memangnya kenapa bila tidak lengkap.

Demikian pula dengan belajar. Saya belajar harus perfeksionis. Belajar massage harus perfeksionis. Sesudah belajar massage tradisionil merasa wajib belajar massage aromatherapy, lanjut belajar massage a la Ayurveda, Shiatsu, Tuina. Sampai kapan juga tidak bakal selesai belajarnya.

Belajar perawatan wanita juga begitu. Mulai dari perawatan rambut, wajah, manicure pedicure, make up, gunting, memakai hijab. Terus terus sehingga menjadi Jack of all trade.

Saya senang koleksi batu kristal. Rasanya wajib mengkoleksi kristal mukai dari Rose Quartz hingga Rutilited.

Yang mewajibkan itu siapa? Mengapa harus sempurna? Rupanya nafsu menggebu yang mengharuskan saya untuk perfeksionis. Sifat yang sangat merugikan dan memboroskan uang waktu tenaga.

Jadi tak heran saat membaca buku "Hermes Temptation" karya Alexandra Dewi dan Fitria Yusuf. Begitu punya satu tas Hermes, pingin lagi lagi lagi.

Nafsu tak pernah puas.

Makanya nafsu (kama) itu diarahkan untuk menuju moksa (kebebasan dari keterikatan duniawi menuju Dia). Sementara harta (artha) diarahkan agar bisa menjadi dharma kita. Demikian arti simbol Swastika yang saya baca pada buku "Feng Shui Awareness" karya Anand Krishna.

Bila nafsu diarahkan ke arah harta, tidak bakal selesai dalam berkali-kali masa kehidupan.

Kadang keadaan kritis menjadi berkah. Tabungan saldo minimal, duit di dompet sangat tipis membuat kita tidak bisa memanjakan sifat perfeksionis kita.

Saya ingin mencoba eyeliner yang baru direkomendasikan teman. Padahal saya sudah punya 2 eyeliner cair, beberapa eyeliner pensil. Saya tidak bisa memenuhi nafsu saya karena kondisi keuangan yang layak masuk UGD.

Alhamdulillah. Kadang kepahitan hidup membawa keberkahan. Amiin... Semoga...

TerimaKasih... Namaste

Rabu, 15 April 2015

Nyonya Jetset


Membaca novel berdasarkan kisah nyata yang ditulis oleh mantan wartawan majalah "Femina", Alberthiene Endah membuatku sangat bersyukur.

Itulah kekuatan sebuah buku. Kita bisa menyelami kehidupan orang lain tanpa harus mengalami sendiri atau harus bergaul dengan orang tersebut.

Kehidupan kaum sosialita tak terbayangkan oleh saya. Bila berjalan di koridor Grand Indonesia, Plaza Senayan, Pondok Indah Mall, kadang saya bertanya dalam hati, wanita mana gerangan yang bisa membeli baju, tas, sepatu, perhiasan yang harganya melebihi biaya hidup saya berbulan-bulan.

Memang ada orang atau keluarga yang diberi kesempatan untuk kaya raya ya, seperti keluarga Krisantono dalam cerita novel ini. Jadi pengusaha batu bara memang bergelimang duit boo... bergelimang masalah juga. .

Bagaimana rasanya jadi Nyonya Jetset ya... Beli baju bagus tidak perlu mikir. Beli sepatu dan tas branded ayo. Beli perawatan wajah Kiehl tinggal gesek. Mau ke spa terbaik, perawatan wajah, rambut tinggal gesek kartu. Beli seperangkat make up Mac tidak perlu menabung. Senangnya...

Ternyata tidak senang juga bila kita tidak bebas. Bagai burung di sangkar emas. Tidak happy, tidak ceria...

Walau duit di tabungan minim, bila kita bebas, alangkah bahagianya. Tinggal kerja keras dan mohon rezeki dan berkah dari Sang Maha Pemurah.

Apalagi bila suami narkoba dan tukang pukul seperti Edwan Krisantono. Itulah hidup di neraka...

Hidup bebas adalah surga. Kerja keras penuh semangat agar bisa kontribusi adalah sikap sehari-hari para penghuni surga.

Memang seberapa banyak makanan enak yang bisa masuk perut kita ? Seberapa baju tas sepatu yang bisa kita pakai ? Walau nafsu tidak terbatas. Barang yang kita beli bisa menumpuk sia-sia. Uang banyak hanya tersimpan di bank tanpa bisa dinikmati sepenuhnya. Seberapa banyak kita bisa menggenggam dunia ? Hanya pada Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tempat kita kembali, membawa cinta dan rindu...

Semoga semua makhluk berbahagia.
TerimaKasih... Namaste

Nyonya Baru

                          foto by @aMrazing

Lega rasanya... Akad nikah telah selesai. Tugas sebagai istri dan ibu baru sudah menanti... Ehm, ranjang akan panas sepertinya dengan cinta membara. Hahaaay...

Tidak bisa bebas seperti dulu ya. Saat single memang keuangan pas-pasan. Sekarang ada suami yang memberi nafkah. Namun tanggung jawab besar menanti.  

Pagi-pagi harus bangun untuk menyiapkan sarapan suami dan anak-anak. Trus mempersiapkan menu hari ini walau ada asisten. Harus mengurus rumah, pakaian, makanan, pelajaran anak-anak. Seperti tugas seorang manager. Hanya ini bayarannya di surga wkkkkk.

Terbayang nikmatnya bangun pagi trus berdoa, meditasi dan yoga. Lanjut baca buku. Baru deh sarapan sederhana lanjut kerja. 

Tiap minggu pergi meditasi dan yoga bersama. Setiap bulan menyepi selama 3 hari untuk yoga bersama. Setiap bulan bisa 2 kali atau lebih bhakti sosial, menyalurkan kasih kepada yang membutuhkan. Nikmatnya bisa melayani....

Berkeluarga atau hidup sebatang kara, bekerja keras adalah satu keharusan. Agar chi tubuh mengalir. Agar bisa menghidupi diri. Agar bisa berkontribusi. Agar tidak menjadi benalu.

Kebebasan adalah surga. Surga lebih mudah diraih oleh seorang yang sebatang kara. Life is a choice. Whatever suits you, choose it. And let us celebrate our life 😆

Semoga semua makhluk berbahagia.
TerimaKasih... Namaste 😆

Selasa, 07 April 2015

The Purpose of Ayurhypnotherapy


Saya sedang membaca ulang buku yang diberikan saat mengikuti pelatihan untuk menjadi AyurHypnotherapist. Perlu sering membaca dan latihan untuk memperbanyak jam terbang. Semoga bisa memberikan kontribusi sebagai seorang AyurHypnotherapist. Amiiin...

Hypnotherapy bisa untuk: 

* Motivasi dan memberdayakan diri.

* Stress Management

* Phobia & Traumatic

* Psychosomatic 
  
* Anesthesia

* Hypnotherapy for Children

* Addiction

* Past Life Regression

* Ericksonian

* etc

TerimaKasih... Namaste 

Seandainya...


Seandainya saya lebih sabar...
Seandainya saya penuh cinta...
Seandainya saya pemaaf....
Seandainya saya lebih tenang...
Seandainya saya berpikiran jernih....
Seandainya saya lebih sadar...
Seandainya saya paham ilmu tentang kehidupan...
Seandainya saya tidak membuang-buang waktu dengan orang-orang yang tidak sadar (malas membaca buku tentang kehidupan)...
Seandainya saya rajin dan penuh semangat dalam memberikan kontribusi..
Seandainya saya banyak memeluk dan mencium papa mama...
Seandainya saya lebih banyak bergaul dengan orang yang lift me up...

Penyesalan tidak berguna...
Apa boleh buat...
Semoga menjadi pelajaran dalam mengarungi lautan samsara...
Semoga pelita pengetahuan sejati selalu menerangi langkah Ibu Bapak saya, saya, dan sahabat semua.
Semoga semua makhluk berbahagia...
Damai... damai... damai...

TerimaKasih... Namaste

Minggu, 05 April 2015

Menjadi Gila

Melihat foto orang-orang gila di Rumah Sakit Jiwa membuat saya merinding. Alhamdulillah, saya tidak masuk ke sana...

Alhamdulillah. Terimakasih sebesar-besarnya untuk Bapak Anand Krishna untuk buku-buku tentang spiritual, buku-buku tentang kehidupan. Terimakasih atas bimbingan meditasi dan yoga dari beliau. TerimaKasih atas padepokan Anand Ashram yang didirikan oleh Bapak Anand Krishna. TerimaKasih... terimakasih...

Banyak keinginan saya yang tidak terpenuhi. Ada doa dan harapan yang saya lantunkan setiap hari bertahun-tahun namun sepertinya "tidak dikabulkan".

Saya bingung. Saya penuh kemarahan. Saya penuh kekecewaan. Saya penuh kepahitan.

Ternyata Tuhan menyapa saya lewat buku-buku, lewat Guru. Alhamdulillah. TerimaKasih...

Kita kecewa, kita penuh kemarahan dan kebencian... Itu terjadi karena ignorance. Buku  "Bhagavad Gita" ini sangat indah dan sangat berharga karena memberi tahu kita ilmu tentang kehidupan.

Almarhum mertua saya pernah hampir gila ketika anaknya meninggal. Kerabat saya hampir gila ketika anaknya meninggal. Seorang istri Menteri bunuh diri ketika suaminya jatuh cinta pada wanita lain yang tidak secantik dirinya. Banyak orang menjadi gila atau bunuh diri karena kesakitan. Sakit badan maupun sakit psikis.

Kita bisa gila bila kita mengidentifikasikan diri dengan peran kita di dunia ini. Padahal kita hanyalah lakon. Kita hanya menjalani peran kita di dunia. Kita bisa berperan sebagai orang kaya, orang miskin, wanita cantik, wanita kurang menarik, bisa berkarir bagus, bisa jadi tukang ojek, bisa sebatang kara, bisa mempunyai keluarga besar dengan banyak anak.

Bila kita menjadi penonton, kita bisa tertawa loh melihat peran kita saat sengsara, misalnya saat suami kabur. Memahami kerja alam semesta yang ilusif ini membuat kita bahagia. Tegak dan bahagia dalam suka dan duka. Semoga. Amiin

TerimaKasih... Namaste 

Terobsesi untuk Dinikahi



Akhirnya baca juga blog Uni Ria Kalsum tentang hubungannya dengan Fikar, anak Deddy Mizwar. Gara-gara sering baca twit tentang Uni Ria ini akhirnya stalking tweet dia, baca blog dia dan stalking instagram dia. 

Tidak sedikit yang komen prihatin pada Uni Ria ini. Sudahlah, bila pria sudah tidak menginginkan kita untuk dijadikan istri, tidak perlu dikejar-kejar. Hanya gara-gara pernah dirayu dan diajak make love...

Memangnya kalo Uni Ria jadi married dengan Fikar, Uni akan bahagia ? Belum tentu. Yang pasti banyak masalah akan datang.

Tengoklah King Edward yang meletakkan jabatan sebagai King of England demi menikahi wanita pujaannya, Wallis Simpson. Dari foto-foto setelah mereka tua, tampak wajah- wajah yang dingin. Tidak ada wajah cemerlang dengan mata berbinar-binar penuh cinta. Padahal telah meletakkan tahta Kerajaan Inggris...

Pria seperti Fikar salah juga. Mengapa merayu wanita usia matang yang butuh kasih sayang. Tidur sembarangan juga suatu kesalahan besar.

Uni Ria mengapa butuh dinikahi ? Mengapa butuh dibelai ? Belailah diri sendiri. Self service. Bisa belai kucing, belai anjing, belai oma opa di panti, belai dan peluk abak yatim.

Believe in love, not believe in human 100 %.  Cintai diri sendiri. Mengapa harus mengharapkan cinta dari Fikar si brengsek itu ?

Banyak komen yang menyimpulkan Uni sudah gila. Jadi prihatin. Terlalu berharap, obsesi berlebihan membuat kita gelap mata. Kita jadi tidak tepat dalam bertindak. Kita merugikan diri kita. 

Itulah mengapa kita perlu meditasi, tafakur, yoga...
Semoga kita semua diberi kejernihan pikiran sehingga bisa berpikir dan bertindak tepat. Amiin.
TerimaKasih... Namaste 🙏

Sabtu, 28 Maret 2015

Memasak dan Trauma


Dua tahun lalu saya retreat di One Earth Retreat Centre untuk mengikuti program Kundalini Yoga sekaligus program Cooking Meditation.

Fasilitator, Ibu Norma Harsono, mengajarkan tip dan trik memasak vegetarian yang nikmat dan sehat. Bagaimana cara memasak yang efektif dan efisien. Ternyata perlu tahu teknik memasak agar piawai memasak.

Sepertinya tidak sulit. Selama ini saya malaaas sekali memasak. Masak adalah kegiatan yang sangat tidak menyenangkan untuk saya. Mungkin karena Ibu saya sangat tidak suka memasak. Di dapur ada saudara saya yang pandai memasak tapi suka marah-marah di dapur. Dia suka marah karena kami yang di dapur tidak pandai dan cekatan. Jadinya malas banget masuk dapur.

Saya kagum melihat seorang teman yang piawai memasak. Sita, seorang wanita karir, bisa memasak dengan happy dan cekatan. Sita di masa kecil sering bersama neneknya yang suka memasak. Mungkin kehangatan di dapur nenek yang piawai memasak menular pada Sita.

Sebagai anak wanita Eropa yang bekerja, Sita kecil diasuh Nenek yang suka memasak. Jadi Sita suka dan pandai memasak. Ceritanya mirip dengan Sophia Latjuba. Tumbuh di dapur Nenek. 

Saya pernah membaca tentang Indra Lesmana, suami pertama Sophia, yang bercerita bahwa Sophia pandai memasak. Saya juga pernah melihat Sophia memasak pada satu acara di TV.

Saya tumbuh dengan seorang Ibu yang malas memasak dan emosi yang tidak "cultured". Saya pernah disuruh Ibu saya untuk membuat kue bawang yang saya tidak tahu bentuknya seperti apa, dan tidak pernah melihat bagaimana kue bawang itu dimasak. Saya diberi bahan-bahan oleh Ibu untuk memasak kue bawang. Saya, Nina kecil, membuat kue bawang sebisa saya. Hasilnya, saya diteriaki Ibu saya karena hasilnya tidak seperti yang beliau bayangkan.

Ibu yang emosi tidak stabil menghasilkan anak yang kacau. Butuh waktu untuk saya dalam menyembuhkan diri saya. Tidak mudah. Karena saya menjadi seperti Ibu saya, yang beberapa sikapnya tidak saya suka.

Ibu saya sangat mencintai saya. Beliau memberikan apa pun yang beliau bisa berikan untuk saya. Namun pikiran dan emosi liar beliau membuat keluarga kami menderita.

Seorang kerabat juga sangat tidak suka memasak. Ternyata dapur bukan tempat yang menyenangkan untuk dia. Dapur mengingatkan dia pada Ibunya yang sering menangis di dapur karena di bully oleh orang sekitar.

Life is about healing and working. Kita harus bekerja keras untuk hidup bermakna dan berusaha keras menyembuhkan diri sendiri.

Itulah mengapa kita perlu rajin meditasi dan yoga. Untuk trauma bisa menghubungi AyurHypnotherapist untuk terapi. Hanya perlu beberapa kalo terapi, selanjutnya bisa latihan sendiri di rumah.

Demikian. TerimaKasih... Namaste

Senin, 23 Maret 2015

Happiness


Kebahagiaan adalah bertemu dengan seorang Guru sejati. Alhamdulillah.

Senin pukul 19.00 wib tadi malam terasa sekali sebagai malam penuh berkah.

Guru memandu meditasi untuk memasuki kehenangan diri. Meditasi malam ini sangat spesial karena membebaskan diri dari masalah yang membebani pikiran dan emosi.

Perasaan bersalah sangat membebani. Kesalahan- kesalahan yang dilakukan terhadap orang tua apalagi, walaupun kita lakukan karena ignorance. Dan yang paling besar adalah kesalahan yang dilakukan terhadap diri sendiri seperti membiarkan diri dizalimi pasangan bertahun-tahun.

Kadang kita terbebani oleh "bukan kesalahan" kita. Misalnya suami bergaul dengan kalangan penipu, sering yang disalahkan keluarga adalah sang istri. Padahal setiap orang bertanggung-jawab atas kehidupannya sendiri.

Ada seorang pria yang nyaman sekali bergaul dengan kalangan pria mokondo penipu. Ternyata dia sangat nyaman bergaul dengan kelompok pria mokondo karena dia disanjung-sanjung sebagai orang yang sangat penting dan bakal orang kaya raya  yang dihormati banyak orang.

Pria itu bisa memberikan semua hartanya, bisa ngutang kesana kemari demi pujian. Memang dia digendam. Namun seseorang bisa digendam bila dia punya kekurangan yang bisa dijadikan jangkar oleh penggendam.

Istri pria itu selalu memberikan peringatan pada suaminya, namun suaminya tidak memperdulikannya.

Pria itu terpuruk karena ignorance nya sendiri. Kesalahan istri adalah DIA WANITA TAK BERDAYA, YANG MEMBERIKAN REMOTE CONTROL KEBAHAGIAAN HIDUPNYA PADA SUAMI.

"Aku bertanggung-jawab penuh atas hidupku ini" merupakan afirmasi chakra pertama Kundalini Yoga.

Teknik membebaskan diri dari permasalahan yang membelenggu diri ini sungguh sangat cespleng.

Setelah meditasi bersama, Guru memberikan speech tentang kehidupan yang sangat menarik. Berasa ketampar-tampar deh. Berasa speech itu untukku *gede rasa.

Beliau mengingatkan bahwa arti kata kota saya tercinta, Gorontalo, berasal dari kata Guruntala yang berarti kolam para guru.

Saya lahir di kota dengan peradaban tinggi, yang lupa akan ketinggian budayanya.

Sampai tahun 80an, orang Gorontalo mengadakan selamatan dengan beras berwarna-warni. Setiap selesai selamatan, setiap orang akan dipakaikan bindi di mata ketiga. Riasan pengantin wanita Gorontalo seperti riasan pengantin India, dengan titik-titik putih di sekitar dahi. Pengantin pria akan menyentuh bindi pengantin wanita saat selesai ijab kabul. 

Baru sadar saya bahwa budaya orang Gorontalo seperti budaya para Sufi di Sindh (Pakistan).

Orang-orang tua menyambut kematian seperti bersiap menuju pesta besar. Budaya yang sangat indah. Hingga kaum Wahabi datang. Tradisi-tradisi yang indah hilang. Setiap acara peringatan seperti peringatan meninggalnya keluarga saat ini akan diisi oleh ceramah-ceramah saja. Jika penceramahnya oke, bolehlah. Jika tidak, maka begitulah...

Selanjutnya Guru mengingatkan bahwa para meditator / yogi adalah seorang pekerja keras yang bekerja dengan efektif.

Berarti saya belum menjadi seorang meditator atau seorang yogi. Saya pikir saya seorang meditator atau seorang yogi. Padahal latihan sangat jarang. Saya juga belum hidup secara meditatif atau secara yoga. Jauh panggang dari api...

Seorang meditator bukanlah seorang peminta-minta, untuk ongkos transport minta-minta. Seorang yogi adalah seorang pekerja keras yang melayani masyarakat bukan seorang parasit. Jadi maluuu.

Demikian sekilas pertemuan dengan Guru sejati yang berlangsung sangat meriah. Dada rasanya hangat dengan perasaan bahagia. Alhamdulillah. TerimaKasih atas kesempatan berharga ini.

TerimaKasih... Namaste...



Jumat, 20 Maret 2015

Senang dan Piawai Memasak




Senang melihat orang yang hobi memasak seperti Rahung dan Astrid Enricka. Tampaknya menikmati sekali. Sudah menikmati, mendapatkan penghasilan dari hobi pula.

Coba saya senang memasak ya. Selama ini kemampuan saya memasak masuk ke dalam kategori "survive". Masak nasi, mie instant, tumis-tumis dasar, sup, goreng menggoreng dan membuat sambal sederhana.

Saya sangat tidak suka dengan kelemahan almarhumah ibu tersayang: sangat pemalas, menunda-nunda memasak, tidak piawai memasak dan emosi yang bergejolak.
Ternyata saya menjadi seperti beliau. 

Dan sulit sekali mengubah sifat seseorang walaupun bisa.
Butuh energi luar biasa untuk mengubah diri sendiri. Menurut orang bijak, kita perlu melakukan satu pekerjaan berturut-turut selama 21 hari agar pekerjaan itu masuk ke dalam subsconcious kita. 
Misalkan kita malas bangun pagi. Coba selama 21 hari berturut-turut kita bangun pagi. Kita akan otomatis bangun pagi karena sudah merupakan program dari dalam diri...
Mantranya adalah: Just do it!!!

Saya menulis dalam rangka mengajar diri saya sendiri. Banyak program buruk yang sulit saya hilangkan seperti sifat pemalas, menunda memasak, emosi dan pikiran yang bergejolak.
Misalnya, sudah berbulan-bulan bahan puding tergeletak di kulkas karena saya menunda-nunda memasak. Tadi saya mengambil keputusan cepat "Just do it". Dan voila... puding jadi !!!

Itulah mengapa meditasi atau tafakur perlu menjadi bagian dari hidup kita. Karena kita perlu menyadari "penyakit" kita dan berusaha untuk mengubahnya.

Tadi saya ngikik membaca twit ini: 
RT @FunJunkies: males baca WA dari satu orang karena isinya yang konsisten : minta tolong melulu. bhay!

Hahahaha... Semoga kita semua menjadi orang-orang yang berdaya. Berdaya untuk keluar dari zona "minta tolong melulu", "minjam duit melulu", apalagi "nipu melulu" atau "kalo ngutang tidak mau bayar".

Astagfirullah. Memang sulit untuk keluar dari lingkaran setan ketidak-berdayaan. Perlu meditasi, dan bila sangat perlu bisa ke Ayurhypnotherapist.

Semoga semua makhluk berbahagia.
TerimaKasih... Namaste 💗

Senin, 16 Maret 2015

Trauma dan Dendam


Seorang ibu berusia 57 tahun tidak mau berhubungan lagi dengan saudara kandung satu-satunya...

Kebencian dia pada adiknya mau dibawa sampai liang lahat.

Bermula dari orang tua yg suka meledak-ledak dan suka memukul. Ayah pemarah, ibu pemarah, suka ngomel dan tidak berdaya...

Si Ibu X ini menganggap bahwa adiknya itu lebih dimanja orangtuanya daripada dia. Dimanja dalam arti "kurang dipukul"...

Padahal sering dipukul atau jarang dipukul tetap akan berbekas pada diri anak. Dia akan sakit hati, merasa tak berharga dan tak berdaya...

Ibu X ini benci pada perlakuan orang tuanya yang kasar. Dia tak sadar bahwa perilakunya persis seperti orangtuanya. Sepertinya dia lebih sadis.  

Padahal si Ibu X ini taat beragama loh. Taat beragama tidak cukup. Bahkan manusia bisa manipulatif mencari dalil-dalil agama untuk membenarkan kesalahan dirinya..

Begitulah... Dalam hidup ini ada hitam dan putih. Ada perilaku tepat dan ada perilaku tidak tepat.

Banyak kesalahan yang kita lakukan karena ignorance, ketidak-tahuan kita. Kemudian kita mendapat azab karena perilaku salah kita. Bila tidak "aware" kita akan masuk ke dalam lingkaran azab tanpa bisa keluar.

Semesta tidak menghukum kita. Semesta hanya memberikan apa yang telah kita tabur. 

Perlu kesadaran, meditasi, tafakur untuk menyadari kehewanan dalam diri. Perlu bantuan Ayurhypnotherapy untuk melepaskan diri dari trauma, dari pola yang selama ini menjerat kita.

Biasanya manusia tukang utang, misalnya, akan mati sebagai pengutang. "Biasanya" tidak berarti selalu. Selalu terbuka kemungkinan untuk berubah selama hayat dikandung badan.

Semoga pendendam bisa memaafkan.
Semoga kita menjadi orang yang pemaaf dan penuh kasih.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Amiin... amiin...


Sabtu, 14 Maret 2015

The Perks of Being a Mature Woman


Sering kita mendengar berita bahwa si Bapak A, B,C,D menikah lagi dengan wanita yang lebih muda.

Wanita tua jadi merasa kurang menarik...

Pria umur 50 tahun memiliki peluang besar untuk mendapatkan istri yang lebih muda. Apalagi bila pria itu punya pekerjaan dan penghasilan memadai, wajah dan penampilan lumayan, attitude bagus. Ditanggung laku keras hihihi. Pria itu bisa mendapatkan istri usia 30an 40an dan 50an ke atas bila mau.

Bagaimana dengan peluang wanita Indonesia single umur 50 tahun untuk mendapatkan suami ? Hihihi... suram. Ada peluang juga bila wanita itu sehat dan gaul. Pria bule di usia senja siap menangkap wanita Asia yang sehat, eksotis dan pandai melayani.

Kita bisa memilih cara pandang untuk berbahagia. Wanita usia matang bisa fokus mengerjakan hobby atau mendalami passion kita. Biar pria seumur kita dilayani oleh wanita-wanita yang lebih muda hihihi.

Sulit untuk bersaing dengan wanita muda. Sudah kalah di umur. So... let's enjoy life. Kita bisa belajar bidang studi yang kita minati. Ingin belajar menyanyi, menari, melukis, membatik, membuat handycraft ? Ayuuk. Mari meditasi, yoga, ikut dalam bhakti sosial yang membutuhkan banyak volunteer.

Let's enjoy life.
Hidup ini bagaikan sebuah lagu yang indah.
Alhamdulillah.
TerimaKasih... Namaste